Minggu, 08 November 2015

Dampak El-Nino terhadap Perkembangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Dampak El-Nino terhadap Perkembangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Akhir-akhir ini, Bencana kekeringan  melanda hampir semua wilayah di Indonesia. Berbagai daerah sudah mengalami paceklik air. Air seperti sudah menjadi barang mahal. Tampungan-tampungan air menyusut. Barbagai embung dan waduk berkurang drastis debit airnya. Warga terlihat mengantre air demi keperluan mandi, mencuci, dan minum. Hewan-hewan ternak sudah mulai kehausan dan petani kebingungan dari mana ia mengairi sawah dan ladangnya.

Seperti banyak diberitakan di berbagai media massa bahwa fenomena kekeringan ini disebabkan oleh sebuah anomali iklim yang disebut juga El-Nino; Sebuah fenomena perubahan pada peredaran masa udara yang berdampak pada berkurangnya pembentukan awan-awan hujan di Indonesia. Fenomena ini lah yang mengakibatkan terjadinya musim kering yang berkepanjangan dengan ditandai sedikitnya terbentuknya awan.BMKG dan berbagai lembaga metereologi di dunia menyatakan bahwa saat ini sedang terjadi  EL-Nino moderat menuju kuat dan diprediksi akan berlangsung hingga awal tahun 2016. EL-Nino 2015 diperkirakan akan sekuat bahkan lebih kuat dibandingkan dengan fenomena serupa yang terjadi pada tahun 1997, hanya saja karena faktor pengendali cuaca lain yaitu Indian Ocean Dipole (IOD) masih dalam kondisi netral, maka dampaknya bagi Indonesia diperkirakan tidak akan separah 1997. 

Salah satu dampak buruk El-Nino yang paling besar terjadi pada sektor pertanian. Seperti di kutip dari website Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kekeringan telah melanda 16 provinsi meliputi 102 kabupaten/kota dan 721 kecamatan di Indonesia hingga akhir Juli 2015. Lahan pertanian seluas 111 ribu hektar juga mengalami kekeringan. Ambarwati (2008) mengungkapkan bahwa dampak El-Ninootomatis akan menurunkan produksi pertanian nasional.

Fenomena global seperti ini hampir berpengaruh terhadap sendi-sendi ekonomi lapisan masyarakat. Dampak kekeringan sudah sangat  kita rasakan. Boleh dikatakan Elnino ini sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan Indonesia. Musibah kegagalan panen sudah terjadi dibeberapa wilayah dan akan terus mengancam ratusan hektare sawah padi petani lainnya.

Biasanya, Salah satu faktor pembatas klasik produksi pertanian adalah adanya hama dan penyakit. Pengaruh buruk perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi dinamika iklim. Pada kondisi iklim ekstrim, hama penyakit tanaman pertanian bisa jadi akan terjadi outbreak (ledakan hama atau penyakit) atau justru akan berkurang serangannya. Secara umum, pada kondisi suhu yang tinggi seperti kondisi saat ini (El Nino), akan memengaruhi meningkatnya serangan hama, sedangkan pada kelembaban yang tinggi seperti pada musim hujan lebat (La Nina), perkembangan dan persebaran penyakit-penyakit tanaman akan jauh lebih cepat dibandingkan kondisi iklim normal.          

Sebenarnya kita tidak bisa mengataka bahwa fenomena El Nino berakibat munculnya ledakan serangan hama pada semua sektor pertanian. Memang secara bioekologi, hama akan berkembang baik pada kondisi optimum, yakni pada kondisi temperatur yang hangat. Termperatur merupakan satu dari tiga komponen epidemiologi penyakit, yakni faktor inang (tanaman), hama, dan lingkungan.

Pada sektor pertanian tanaman perkebunan, seperti : perkebunan kelapa sawit, tebu, kakao, teh, kopi dan lainnya, kondisi cuaca kering seperti sekarang ini berdampak meningkatnya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) . Dilaporkan hama penghisap daun teh (Helopeltis sp), penggulung daun teh (Homona sp), ulat api pada  kelapa sawit (Setora sp), ulat pemakan daun kelapa sawit (Setothosa asignadanMahasena corbetii), tikus, dan hama perkebunan lainnya cenderung merusak pada suhuhangat sampai panas. Kondisi ini disebabkan karena tersedianya makanan bagi OPT dan optimumnya temperatur lingkungan. Temperatur yang hangat akan meningkatkan keperidian telur hama. Selain hama, penyakit tanaman perkebunan juga berkembang dengan cukup pesat meskipun secara penularannya tidak seganas pada musim-musim penghujan.

Ini berbeda dengan jenis tanaman semusim seperti tanaman-tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan lainnya). Tipikal tanaman ini yang hanya memiliki periode masa hidup yang singkat (kurang lebih tiga bulan) memiliki pola serangan OPT yang berbeda dengan tanaman-tanaman perkebunan. Normalnya, perkembangan dan persebaran OPT cenderung sangat cepat karena mengikuti siklus hidup inangnya. Pada kondisi tanaman yang seragam (monoculture) dan secara luas, OPT, baik hama maupun penyakit akan berkembang dengan sangat cepat, sedangkan pada musim pasca panen, populasi OPT akan berkurang secara drastis. Selanjutnya OPT akan berada pada inang alternatif atau inang sementara seperti gulma dan lainnya, dormansi, atau terbawa biji. Pada musim tanam berikutnya, keberadaan sisa inokulum OPT akan kembali menginvasi tanaman baru dan terus berkembang dengan pesat mengikuti keberadaan tanaman. Proses infeksi patogen tanaman maupun hama biasanya dimulai sejak dilakukannya persemaian.
Kondisi iklim kering seperti sekarang ini akan membuat petani enggan menanam-tanaman semusim. Keterbatasan air irigasi dan tingginya biaya usahatani menjadi faktor utama. Petani akan lebih suka beraktivitas lain dibandingkan menghijaukan lahannya. Biasanya para petani yang memiliki hewan ternak akan lebih fokus menggembalakannya. Namun bagi para petani yang tidak punya, biasanya akan menganggur atau mencari aktivitas lainnya.

Lahan akan dibiarkan bera. Bera merupakan kegiatan tidak menanami lahan atau sawah selama beberapa waktu. Kondisi kekeringan hebat seperti sekarang ini sangat memungkinkan jutaan hektare sawah irigasi akan diberakan. Biasanya pemberaan dilakukan selama semusim (tiga bulan). Meski terlihat merugikan-karena produksi akan menurun, aktivitas pemberaan memiliki dampak positif bagi sektor pertanian. Kondisi bera pada jenis pertanian tanaman semusim akan mampu menurunkan populasi OPT. Ini disebabkan terputusnya siklus perkembangan OPT. Tidak tersedianya inang membuat populasi hama dan penyakit mengalami kematian secara besar-besaran.

Silus hidup hama penyakit tanaman semusim biasanya sangatlah singkat. Biasanya hama  dan penyakit jenis ini memiliki lama  hidup beberapa hari sampai beberapa bulan saja. Wereng coklat (Nilaparvata lugens) misalnya, memiliki panjang usia hidup hanya sebulan, tetapi setiap ekor betina mampu menghasilkan 270-902 butir sekali bertelur (Nurbaeti et al 2010). Kondisi ini akan mengkhawatirkan jika pada tiga musim tanam (satu tahun), lahan selalu ditanami dengan tanaman budidaya. Dengan rentang waktu jarak antara panen dan tanam berikutnya yang singkat (dua minggu sampai dengan satu bulan), memungkinkan populasi OPT yang tersisa, baik tersisa dalam bekas panen maupun yang berada di gulma-gulma akan menemukan inangnya kembali dan berkembang dengan pesat pada musim tanam berikutnya.

Kondisi inilah yang membuat aktivitas memberakanlahan sawah berdampak baik. kondisi bera akan memutus rantai siklus sisa OPT sisa musim sebelumnya. Selayaknya organisme hidup, OPT tidak akan mampu bertahan hidup lebih lama tanpa adanya makanan (inang). Sehingga diharapkan pada musim tanam berikutnya, jumlah inokulum OPT sisa musim tanam sebelum bera akan sangat berkurang dan akan menurunkan intensitas serangan hama penyakit pada musim tanam selepas pemberaaan. Mengingat, upaya pengendalian hama penyakit pertanian memerlukan biaya yang relatif besar. Dari segi inilah, fenomena El Nino memiliki dampak positif terhadap pertanian di Indonesia.
Hasan Bisri (KMNU IPB)
Mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB

Pustaka :

Ambarwai DO.2008.Evaluasi dampak Elnino dan Lanina terhadap produktivitas padi dan pendapaan usahatani di Provinsi Jawa Tengah [skripsi].Fakultas Matematika dan IPA. Institut Pertanian Bogor.

[BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana.2015.Dampak Elnino [Internet].waktu unduh [2015 September 26]:Jakarta.www.bnpb.go.id.

Nurbaeti B, Diratmaja IA, Putra S.2010.Hama wereng coklat (Nilaparvata lugens) dan pengendaliannya.BPTP Jabar.

Sugianto.2013.Dampak perubahan iklim terhadap serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) tanaman perkebunan[internet].waktu unduh [2015 September 26];Jakarta. www.ditjenbun.pertanian.go.id

 

 

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com